PRINSIP SOPAN SANTUN
Manusia
merupakan makhluk sosial, sehingga secara naluriah terdorong untuk
bergaul dengan manusia lain, baik untuk mengekspresikan kepentingannya,
mengatakan pendapatnya, maupun mempengaruhi orang lain. Manusia dapat
memenuhi semua kepentingan tersebut dengan bahasa. Eksistensi bahasa
hampir mencakup segala bidang kehidupan karena segala sesuatu yang
dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat
diketahui orang lain, jika telah diungkapkan dengan bahasa.
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan
diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2007: 32).
Tidak
dapat dibayangkan apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki
bahasa. Oleh karena itu, kebutuhan manusia untuk selalu berinteraksi
dengan lingkungannya, baik dalam bentuk komunikasi, kerja sama, maupun
mengidentifikasikan diri, menyebabkan bahasa tidak dapat terlepas dari
kehidupan manusia.
Perlu
disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang
berlangsung apabila antara penutur dan mitra tutur memiliki kesamaan
makna tentang pesan yang dikomunikasikan tersebut. Kesamaan makna antara
penutur dan mitra tutur tersebut sangat bergantung pada konteks
tuturannya. Artinya, makna sebuah tuturan akan berbeda jika konteks
tuturannya berbeda. Oleh sebab itu, untuk mempelajari dan memahami makna
bahasa (tuturan) dibutuhkan disiplin ilmu yang mampu menjabarkan bentuk
bahasa dengan konteksnya, yaitu Pragmatik.
PRINSIP SOPAN SANTUN/KESOPANAN
Berbicara
tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersifat tekstual, tetapi
seringkali pula berhubungn dengan persoalan yang bersifat
interpersonal.
Prinsip
kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri
sendiri (Self), dan orang lain (Other). Diri sendiri adalah penutur dan
orang lain adalah lawan tutur dan orang ketiga yang dibicarakan penutur
dan lawan tutur.
Sebelum
membicarakan lebih jauh tentang keenam maksim kesopanan tersebut ada
baiknya terebih dahulu kita terangkan mengenai bentuk-bentuk ujaran yang
digunakan untuk mengekspresikan maksim-maksim tersebut. Bentuk –bentuk
ujaran yang dimaksud adalah :
1. Bentuk Ujaran Impositif
Bentuk ujaran ini digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan.
2. Bentuk Ujaran Komisif
Bentuk ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran.
3. Bentuk Ujaran Ekspresif
Ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap Psikologis pembicara terhdap sesuatu keadaan.
4. Bentuk Ujaran Asertif
Ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kegemaran proposisisi yang diungkapan.
Bila
sebagai retorika tekstual pragmatik membutuhkan prinsip kerjasama
sebagai retorika interpersonal pragmatic membutuhkan prinsip lain, yakni
prinsip kesopanan.
Prinsip kesopanan memiliki sejumlah maksim yakni
1. Maksim Kebijaksanaan
Maksin
ini diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif. Maksim ini
menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang
lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain itu.
Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang maka
semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan
bicaranya.
2. Maksim Penerimaan
Maksim
ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian
bagi diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.
Dikatakan kurang sopan karena penutur berusha memaksimalkan keuntungan dirinya dengan menyusahkan orang lain.
3. Maksim Kemurahan
Maksim
kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa
hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada
orang lain.
4. Maksim kerendahan hati
Maksim
kerendahan hati menuntut setipa peserta pertuturan untuk memaksimalkan
ketidak hormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada
diri sendiri.
5. Maksim Kecocokan
Maksim
kecocokan menggariskan setipa penutur dan lawn tutur untuk
memaksimalkan kecocokan diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan
diantara mereka.
6. Maksim Kesimpatian.
Maksim
ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa
simpati, dan meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar